MURATARA, Beligatupdate.com – Melemahnya perekonomian masyarakat di wilayah Kabupaten Muratara menjelang penghujung 2017, diakibatkan minimnya sumber mata pencarian warga.
Pasalnya, masyarakat di Kabupaten Muratara ini, masih mengandalkan dua komoditas unggulan, seperti karet dan sawit sedangkan harga jual dua komoditas tersebut saat ini mengalami pasang surut.
Untuk mengatasi kesenjangan sosial ini, Pemda Muratara melalui Dinas Pertanian dan Peternakan, melakukan gerakan diservikasi tanaman maupun perkebunan lokal. Pemda Muratara berharap, dengan keanekaragaman perkebunan dan pertanian, dapat mendobrak pergerakan sektor industri rumahan.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan, Kabupaten Muratara, Suhardiman menuturkan, saat ini masih banyak persepsi di masyarakat Muratara, jika tidak berkebun karet atau sawit otomatis mereka tidak memiliki peluang meraih keuntungan dan kesejateraan. Padahal, harga kedua komoditas ini, selalu mengalami pasang surut.
“Di Muratara mayoritas petani kita berkebun cuma karet dan sawit. Kami saat ini berupaya mengubah pola pikir masyarakat itu. Kita tengah gencar mesosialisasikan Diservikasi pertanian. Selain karet dan sawit, wilayah kita sangat berpotensi untuk ditanami kelapa hijau, cokelat, maupun kopi,” katanya, kemarin (29/11).
Untuk mengubah paradigma tersebut, sejumlah petani asal Kabupaten Muratara, langsung dibawa ke tempat-tempat pengolahan dan budidaya perkebunan tersebut. Seperti di daerah Curup yang banyak menghasilkan gula aren, Lahat dan Pagaralam.
“Kita akan lakukan pelatihan secara langsung supaya bisa membuka pengetahuan dan antusias masyarakat. Seperti perkebunan kelapa, kita bisa mengambil buahnya dan menyadap nira yang bisa diolah menjadi gula merah,”bebernya.
Lebih lanjut dijelaskan Suhardirman, saat ini sudah ada beberapa kelompok tani yang sudah pihaknya siapkan dari berbagai wilayah di Muratara, yang bakal mengikuti pelatihan tersebut.
“Kita akan bimbing dari penanaman, sampai ke pengolahan. Kita harapkan hasil pelatihan itu, bisa membuka peluang ekonomi bagi masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Nardi (37) warga Noman mengatakan, saat ini harga karet sekitar Rp6,5 ribu/Kg turun dari harga sebelumnya Rp7 ribu/kilo gram. Pihaknya berharap, ada kebijakan khusus Pemerintah yang berpihak terhadap masyarakat. Menurutnya, hampir rata-rata lahan di Muratara sulit untuk diolah.
“Apa lagi lahan itu sudah ditanam sawit, tambah idak idup. Cuma karet tulah yang paling banyak, kami minta ada solusi menaikan harga karet,” timpalnya.
Ditempat terpisah, Darmawan Ketua Koordinator Program Keluarga Harapan Kabupaten Muratara, menuturkan bahwa di tahun 2018 jumlah penduduk miskin di wilayah Muratara diprediksi mengalami peningkatan hingga 9000 jiwa. Hal tersebut diakibatnya, melemahnya perekonomian masyarakat, minimnya sumber lapangan pekerja dan dampak sosial lainnya.
“Ya kita prediksi jumlah penduduk miskin di 2018 meningkat. Bahkan sampai 9000 jiwa. Itu banyak yang mempengaruhi, salah satunya minimnya ketersediaan lapangan kerja dan meredupnya usaha kecil masyarakat,”tandasnya.(Agus Kristianto)