LUBUKLINGGAU, Beligatupdate.com – Maraknya aksi di muka umum yang selalu mengatasnamakan rakyat (masyarakat) hendaknya harus dicari akar masalahnya dan titik nol untuk memulai sebuah penilaian terhadap setiap aksi yang ada.
Ferry Irawan selaku Pemerhati Budaya dan Sosial Masyarakat menilai dengan ditemukannya akar masalah yang menjadi pemicu maka akan meminimalisir rakyat yang menjadi korban adonan sekelompok orang yang mempunyai tujuan untuk membebaskan atau memuaskan keinginannya sendiri.
“Kasihan masyarakat luas yang tak tahu apa-apa dan selalu diatasnamakan. Ini namanya menjual nama untuk nama,”kata Ustad Ferry Irawan, Selasa (21/11).
Lebih lanjut dijelaskan Ustad Ferry, menyayangkan terkait aksi kelompok AMARA di Pemkab Muratara kemudian berlanjut ke DPRD dan meminta Rapim guna memakzulkan Bupati dengan penilaian yang tidak jujur serta menggunakan data-data yang kurang akurat.
“Kalau ingin membuat penilaian harus membuat runutan dimulai dari awal kinerja dan membuat rekam jejak secara profesional,”jelasnya.
Seperti dalam pengamatan bahwa kelompok AMARA membuat pernyataan mereka di DPRD waktu aksi damai kemarin (Senin, 20/11*Red) mengatakan atas nama masyarakat Muratara, Tokoh Masyarakat se-Kabupaten Muratara. Lalu, Masyarakat dan Tokoh yang mana ? Tokoh masyarakat yang menokohkan diri atau yang ditokohkan sendiri ? Bupati tidak tegas ? Menurunnya PAD ?.
Menurutnya, sesuai fakta yang ada bahwa investor masuk di Kabupaten Muratara dengan inves 3,1 triliun yang bakal menyerap tenaga kerja 10 ribu orang dari masyarakat Muratara, pengiriman santri, dan adanya program memanusiakan manusia suku anak dalam agar keluar dari keterbelakangan, pembangunan yang terus dikebut, dan PAD meningkat dari tahun ke tahun.
“Jadi, mari kita memberlakukan diri sebagai control sosial dan sebagai pengkritik yang arif. Satu lagi, takkan pernah dapat memaksa karakteristik seseorang, adakalanya kita berhadapan dengan pemimpin low profile dan disisi lain high profile,”pungkasnya.(Akew/Reki A)