Muratara, Beligat.com – Minimnya intensitas hujan dibeberapa daerah, khususnya Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), membuat beberapa sumur warga menjadi kering dan menimbulkan bau yang tak sedap. Hal ini menjadi keluhan masyarakat, karena air merupakan kebutuhan atau keharusan bagi setiap orang, baik digunakan untuk memasak, mandi dan kain sebagainya.
Keringnya sumur masyarakat tersebut bukan hanya di wilayah Bumi Berselang Serundingan saja, namun kabupaten dan kota tetangga juga merasakan dampak dari kurangnya curah hujan yang menjadi penyebab masalah tersebut.
Tohe (60) salah satu warga desa Noman, Kecamatan Rupit, Kabupaten Muratara, mengatakan jika air sumur yang berada dirumahnya sekarang ini hanya menyisakan sedikit, dan itu juga berbau sehingga tidak layak untuk dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari.
“Sumur dirumahkan saya airnya tinggal sedikit, namun karena bau yang ditimbulkan tidak enak, jadi tidak bisa digunakan untuk apapan. Bukan hanya sumur saya saja yang keadaanya seperti ini, namun dirumah tetangga yang lain juga sama, kering dan berbau,” katanya saat di konfirmasi awak media yang bertugas di kabupaten Muratara.
Dengan kering dan berbaunya air sumur masyarakat tersebut, membuat mereka memilih alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan air dalam keseharian. Mereka melakukan rutinitas mandi dan mencuci ke sungai yang dianggap masih layak digunakan daripada air sumur yang ada di rumah-rumah mereka.
“Untuk mandi dan mencuci kami lakukan di sungai, karena kami merasa mendingan air di sungai dari pada air yang berada di sumur kami. Airnya sangat tidak enak tercium, apalagi kalau di konsumsi,” jelasnya.
Ia mengaku jika sudah hampir satu bulan terakhir melakukan aktifitas disungai, walaupun katanya bisa dikatakan lumayan jauh dari tempat tinggalnya. “Satu bulan ini kami mandi disungai Rupit terus, ya walaupun jaraknya lumayan jauh. Dan untuk air sumur dirumah saya, biasanya dalam waktu tiga hari tidak diambil akan terisi, namun hanya bisa untuk mandi satu anak, itupun dilakukan dengan terpaksa kerena anak tersebut mau pergi sekokah,” akunya.
Terpisah, Samin (35) warga desa Pulau Panggung, Kecamatan Kelingi, Kabupaten Musi Rawas (Mura) juga mengatakan jika kurangnya intensitas hujan saat ini juga berdampak diwilayah yang bejargon Mura Sempurna tersebut, walau tidak seluruh desa mengalami kekeringan.
“Kalau sumur kering karena kurangnya curah hujan ada, namun tidak di semua desa mengalami kejadian tersebut, karena ada juga yang sumurnya masih penuh terisi dengan air,” ujarnya.
Ia melanjutkan, bagi masyarakat desa yang sumurnya kering, mereka memanfaatkan sungai Musi untuk melakukan keseharian. Karena sungai tersebut salah satu cara menangani jika musim kering atau kemarau datang.
“Untuk melakukan keseharian yang bersangkutan dengan air seperti MCK, masyarakat yang sumurnya kering kembali ke sungai. Karena dari dulu sungai merupakan alternatif warga jika kemarau atau musim kering datang,” pungkasnya.*Agus Kristianto