Oleh : H Nurussulhi Nawawi, S.Sos
Sejak tahun 80-an hingga 2022, sudah Triliunan Rupiah APBD Kabupaten Musi Rawas (Mura) secara otomatis menerima Asupan Gizi dari Dana Bagi Hasil (DBH) Migas. Beberapa titik lokasi potensial Sumber Migasnya berada di bawah perut bumi Desa Pelawe.
Sebagai imbal jasa bagi semua masyarakat Desa Pelawe dengan Penyelesaian Jembatan Gantung yang mungkin Anggaran DBH Migas dikembalikan lagi ke Desa Pelawe, tidak lebih dari 0,25 persen alias hanya seperempat persen. Sangat jauh dari kewajiban CSR sebesar 2,5 persen keuntungan perusahaan yang dikembalikan kepada masyarakat sekitar Pertambangan Migas Desa Pelawe.
Sehingga tonggak-tonggak kokoh namun tidak berdayaguna yang berada pada dua sisi Sungai Musi di Desa Pelawe, pada saatnya nanti akan ditasbihkan oleh semua masyarakat Desa Pelawe menjadi MONUMEN KEBODOHAN Dua Periode Bupati Musi Rawas.
Adalah Naif, mengedepankan alasan klasik kenaikan harga material bangunan sebagai alasan penundaan penyelesaian bangunan jembatan gantung agar dapat segera berfungsi dalam mentransformasi roda perekonomian guna terwujudnya peradaban mulia Desa Pelawe sebagai Penopang Program prestisius MURA Sempurna. Sebab, lebih dari 40 tahun perut Bumi Pelawe diekplorasi telah menyumbang Triliunan DBH Migas di APBD MURA setiap tahun berjalan.
Bangunan Istana untuk Kabupaten Musi Rawas dibangun bersumber dari Perut Bumi Pelawe, pada suatu ketika Masyarakat Pelawe hanya meminta muntahan potongan Kue Pembangunan semisalnya hanya berupa 1 Ruang Toilet di lingkungan Istana megah Musi Rawas, dengan berbagai alasan, hal itu tidak pernah diberikan untuk dapat diwujudkan, sangat Miris !!
Parahnya lagi, apabila hal ini memang sengaja diskenariokan oleh Sang Sutradara, karena Jembatan Gantung yang dibangun agar dapat dilalui oleh Kendaraan R4 baik dalam perencanaan maupun beberapa tahap pekerjaan dilakukan pada masa Bupati Hendra Gunawan – Suwarti., ditambal pula oleh karena pada Pilkada MURA 2020, terdapat Realitas Politik Pasangan Bupati Terpilih Musi Rawas 2020 Ratna Machmud – Suwarti menderita kekalahan di Desa Pelawe, maka sangat terbuka asumsi liar bakal ada politik balas dendam guna memarginalkan kepentingan ekonomi dan kesejahteraan di Desa Pelawe pada periode Bupati Non Petahana ini. Jika ini yang sebenarnya berlaku, sangatlah Tragis !!. Karena tidak hanya dangkal dalam berpolitik, bahkan menjurus sesat dan menyesatkan dalam berprilaku – berinteraksi sosial antara rakyat yang dipimpin dengan pemimpin yang memiliki otoritas mengendalikan segala sumber daya pemerintahan.
Sebaiknya jangan pernah takut menorehkan suatu perbuatan baik melanjutkan penyelesaian tonggak – tonggak pembangunan secara estafet dari Pemimpin sebelumnya kepada Pemimpin yang baru. Sejatinya, Siapa pun Personnya yang akan terus menerus secara “Getuk Tular” menciptakan “Jalan Kebaikan” di persada Bumi ini, Insha Allah akan tercatat dalam lentera terang cahaya, Sejarah mulia yang akan selalu dikenang dan tiada pernah henti diceritakan oleh Lintas Generasi setiap komunal di Desa Pelawe sebagai suatu Komunitas Masyarakat Adat/Ulayat yang telah banyak melahirkan cerdik pandai dalam pelbagai kiprah, turut berpartisipasi merubah peradaban terbaik bagi Kabupaten Musi Rawas. Bahwa Cetak Biru penulisan Tinta Emas Sejarah Penyelesaian Jembatan Gantung Desa Pelawe akan terus dipantau, dikawal, dikritisi oleh semua mayoritas masyarakat asli Pelawe, baik yang berdomisili di Desa Pelawe maupun segenap turun temurun yang telah beranak pinak di seantero nusantara raya Indonesia. Kami masih sangat dan senantiasa berprasangka sangat baik dengan pasangan Pemimpin kami ; Ratna Machmud – Suwarti, Duo Srikandi Pemenang Pilkada yang berwatak Pejuang dan bukanlah Pecundang., Figur Pemimpin amanah yang telah sangat dapat melupakan hangatnya hiruk pikuk Pilkada Bupati MURA, karena setelah ditetapkan sebagai Bupati ~ Wabup Terpilih berikutnya resmi dilantik sebagai Bupati Musi Rawas 2020 – 2025, maka secara mutlak tidak boleh lagi ada sekat-kelompok aliran politik, semua warga Musi Rawas secara berdaulat adalah Rakyat yang dipimpin oleh pasangan Ratna Machmud – Suwarti. Do’a kami semua sebagai bagian dari generasi muda Pelawe, semoga tidak pernah terjadi peristiwa Upacara Adat Pentasbihan Jembatan Gantung Desa Pelawe yang sudah hampir memasuki masa 6 tahun (selalu) Gagal Penyelesaian, dengan sangat menyesalkan akan secara massal diresmikan sebagai : “MoNuMeN KeBoDoHaN 2 Periode Bupati MURA”. Sekali lagi, semoga ini tidak pernah terjadi, karena Kita yakini Pemimpin Kita saat ini memiliki kebesaran jiwa untuk mensikapi oto kritik secara positif – konstruktif, dimana pula Insha Allah tidak setitik pun terdapat tidak baik dari Person yang menyampaikan oto kritik terbuka ini, dimana hanya semata-mata mengingatkan, bahwa Apa yang telah diambil dari Perut Bumi Pelawe, sangat ideal dan layak untuk “secuil” saja Kita kembalikan kepangkuan masyarakat adat Desa Pelawe tercinta ini. Semoga jalan kebenaran hakiki adalah menjadi pilihan terbaik Kita semua. Wallahualam Bishowab.
Catatan : (1). Bahwa Tulisan Kritis ini Silahkan di Sharre pada Medsos, Pemberitaan dsb, oleh berbagai Pihak yang memiliki Empati terhadap semua “Penderitaan Sosial dan Moral” yang tengah dialami oleh masyarakat Desa Pelawe. (2). Bahwa jika ada Pihak2 yang berkeberatan dgn tulisan kritis secara harfiah maupun makna yang terkandung di dalamnya. Maka mari Kita buka Ruang Dialektika positif, tidak hanya kembali disampaikan dalam wujud Tulisan, namun pula dapat dibuka Ruang Diskusi Publik yang positif – konstruktif. Salam hangat penuh semangat kepedulian sosial_keadilan. (**)
(*) Penulis adalah Tokoh pemuda/ masyarakat Pelawe