Ambon, Beligat.com – Perhelatan Kongres Gerakan Mahsiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang diselenggarakan di Ambon, yang di buka resmi oleh Mentri Sosial pada tanggal 28 November 2019, di Islamic Center dan akan di Tutup Oleh Gubernur Maluku menjadi sorotan, setelah ada kubu yg memotori terjadi Kongres Tandingan di Hotel Amaris.
Dari awal memang sudah tercium ada pihak yang mencoba ingin mengaggalkan Kongres XXI GmnI di Ambon. Karena banyak dinamika yang di hadapi di dalam Forum Musyawarah tertinggi Kongres GmnI XXI di Ambon.
Mulai dari adu argument, gagasan, hingga muncul manajemen konflik, yang membuat sidang di pending dengan waktu yg tidak ditentukan. Sampai sidang-sidang pleno juga molor dan tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan panitia pada tanggal 2 Desember 2019.
“Sejauh ini belum di tetapkan siapa ketua Umum- Sekjend terpilih, karena baru di Pleno IV dan V baru memilih pimpinan sidang pleno dan pandangan umum LPJ, belum lagi Peserta kongres masih akan melakukan sidang-sidang komisi,” ungkap Arieo Pandiko, salah satu peserta kongres GMNI yang ikut ke Ambon.
Dirinya melanjutkan, adapun pada hari ke 4 yang dijadwalkan Badan Pekrja Kongres Nasional , dan Panitia Lokal puluhan cabang yang memilih Walk Out, karena tidak memiliki administrasi lengkap.
Menurut Arieo Pandiko, Delegasi Dewan Pimpinan Cabang GMNI Lubuklinggau, didalam kongres GMNI sudah diatur AD/ART Organisasi, bukan arogansi sehingga mengkehendaki keinginan sendiri. Kemudian didalam Forum sidang ketika ada keputusan dan keinginan tidak dapat diterima oleh peserta atau kelompok-kelompok tertentu, kemudian settingan Walk Out itu hal lumrah di dalam sebuah Persidangan.
Ia juga sangat menyangkan pertanggungjawaban Ketua Umum dan Sekjend GMNI periode 2017-2019 ketika di Minta LPJ menghilang dan kabur, kemudian muncul tiba-tiba, kemudian mendeklarasi bahwa sudah terpilih Ketua Umum Arjuna – Sekjend Dendy di Hotel Amaris.
Seperti yang tersebar di media Sosial, tindakkan Ketum-Sekjen DPP GmnI 2017-2019 memecah belah di tubuh GMNI yang sudah bertentangan dari semangat pemersatuan, kebersamaan, gotong-royong yang diajarkan Bung Karno.
Padahal Forum Kongres Resmi di Kristen Center Ambon masih melaksanakan pandangan umum LPJ, bukan kongres abal-abalan dan ikonsitusional di Hotel Amaris.
“Kalau emang yakin menang kenapa harus kabur dan lari dari forum resmi kongres di Kristen Center,” tanyanya.
Dirinya juga mengatakan apa yang sudah dilakukan Ketum-Sekjen dinilai fatal, menjadi Pelopor pemecah belah di tubuh Organisasi GMNI.
“inikan tidak benar, merusak citra Nasionalisme yang di ajarkan bung Karno. Untuk itu kami GmnI Lubuklinggau meminta kepada Peserta Kongres GMNI yang masih di hadiri 95 Cabang dan DPD karena yang lain sudah Walk Out, diantaranya 77 DPC/DPD Defenitip dari jumlah total 142 Peserta Kongres, Memecat Ketum dan Sekjen,” pungkasnya.*DekMo