Beligat.com, Palembang – Aroma dan Suhu Pilkada Serentak 2020 mulai terasa. Hal tersebut tidak terlepas dari ditetapkan Pilkada 2020 pada 9 Desember akhir tahun ini oleh para stakeholder Pilkada. Jadwal tersebut sempat tertunda, dikarenakan bencana Pandemi Covid-19 yang seyogyanya akan dihelat pada 23 September sebentar lagi.
Terkait suksesi Pilkada tersebut, Pengamat Politik dari Forum Demokrasi Sriwijaya (FDS), Bagindo Togar Butar Butar memprediksi, ada tiga daerah dimana calon petahana akan kembali mudah melenggang memegang amanah melanjutkan periode jabatan 5 tahun berikutnya.
“OKU Selatan (OKUS), Musi Rawas (Mura) dan Penungkal Abab Lematang Ilir (PALI) saya prediksi petahana akan kembali menang,” kata Bagindo kepada wartawan.
Sementara, ada tiga daerah lainnya di Sumsel yang ia prediksi bertendensi sengit dan ramai.
“Tiga daerah lainnya, Ogan Ilir, Muratara dan OKU, saya perkirakan agak ramai. Dengan catatan , bila Johan Anuar dan Kuryana terpisah untuk bertarung, akan lebih seru lagi di OKU , bila tidak, sebaiknya akan terkesan hambar serta datar-datar saja,” timpal Bagindo.
Dijelaskan Bagindo, untuk OKUS berpotensi petahana akan melawan kotak kosong. Ia menganalisis di OKUS ada sedikit perbedaan budaya dari daerah lainnya, dimana kekerabatan di sana terasa sangat kuat juga DPTnya tidak begitu banyak.
Sementara di Musi Rawas, Bagindo merasa ada “kegalauan” para Bakal Paslon Bupati di sana. Penundaan Pilkada selama tiga bulan akibat Pandemi Covid-19 telah merubah kondisi dan konstelasi plus orientasi politik di daerah tersebut.
“Awalnya di Kabupaten Musi Rawas tidak sedikit para tokoh lokal yang mencoba menata maupun melakukan pendekatan serta penggalangan dukungan politik, untuk menakar tantangan, peluang ataupun harapan agar lolos sebagai Paslon Bupati. Sementara warga di Mura sangat mengapresiasi kinerja pemerintahan pasangan kepala daerah sekarang,” jelasnya.
Sementara itu, di PALI, Bagindo menganalisis petahana sudah terlanjur elektabilitas serta akseptabilitasnya tinggi di masyarakat. Sehingga akan sulit menggeser ataupun mengubah persepsi publik terkait kinerja pemerintahan sang petahana.
“Di PALI tingkat elektabilitas juga akseptabilitasnya cukup tinggi, atau katakanlah kesuksesan petahana dalam memimpin Kabupaten PALI menjadi referensi public,” papar Bagindo.
Dirinya berpendapat, wacana perubahan yang terus didengungkan jelang Pilkada PALI ia anggap sebagai strategi branding issue politik.
“Yang mana yang mesti dirubah?, kalau perenutan kekuasaan, jelas iya. Saya kira masyarakat sudah lebih cerdas tidak hanya melihat tingkat kepopuleran. Kalo populer itu mudah kan, masuk media, perbanyak APK dan rajin-rajin sosialisasi. Namun, masyarakat akan melihat sisi pengalaman, kapasitas maupun kapabilitasnya, misal aspek pengalaman, pendidikan, integritas dan organisasi apa saja yang pernah dilakoni,” kata Bagindo mengakhiri penjelasannya.*Akew/rls