Muratara, Beligat.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) dan Puskesmas Rupit saling lempar berkas pendampingan yang diajukan warga. Padahal berkas pendampingan yang diajukan sudah sangat lama, terhitung dari bulan Februari kemarin hingga sekarang masih belum ada kejelasan.
Seperti yang dikatakan Handika Fajri, selaku pihak pemerintah desa Bingin Rupit, Kecamatan Rupit, Kabupaten Muratara. Ia mengatakan pengajuan berkas sampai sekarang belum ada kejelasan dan pihak Dinkes dan Puskesmas saling lempar seperti ada permainan diantara mereka.
“Kami dan pihak Dinas Sosial pada bulan Februari kemarin sudah mengajukan berkas pendampingan tersebut, namun hingga sekarang tidak ada kejelasan. Padahal jadwal anak tersebut pada bulan Juni akan dioperasi, dengan ketidak jelasan berkas pendampingan ini, maka operasi itu diyakini dilakukan,” katanya saat di konfirmasi awak media.
Ia menjelaskan saling lemparnya pihak Dinkes dan Puskesmas Rupit ketika dirinya datang ke Puskesmas guna mempertanyakan masalah berkas pendampingan yang telah ia ajukan. Namun hasil yang didapat ketidak jelasan dari pihak Dinkes dan Puskesmas.
“Ketika saya menemui pihak Puskesmas, mereka mengatakan jika berkas tersebut sudah diambil oleh Dinkes, ketika di Dinkes dibilang tidak ada karena diambil oleh ibu Kades, padahal kades tidak pernah mengambil berkas tersebut sehingga beliau marah. Kami kembali lagi ke Puskesmas tapi mereka kembali bilang jika berkas itu sudah di ambil sama orang tua yang bersangkutan, secara rasional kan tidak mungkin orang tua mengambil berkas yang dibutuhkan guna pengobatan anaknya sendiri,” jelasnya.
Dengan kejadian tersebut, ia menyayangkan bahkan marah karena ini masalah sosial namun seperti disepelekan. Pihak Dinkes dan Puskesmas harus bertanggung jawab dengan yang sudah mereka lakukan karena sudah menghambat anak tersebut untuk melakukan operasi.
“Jelas mereka harus bertanggung jawab mengenai masalah tersebut, bulan Juni kemarin seharusnya anak tersebut operasi, karena tidak ada kejelasan dr Dinkes dan Puskesmas maka operasi ini lewat. Jadi sekali lagi saya katakan mereka harus bertanggung jawab,” ujarnya.
Sementara, Akbar (38) warga Bungin Rupit, Kecamatan Rupit, Kabupaten Muratara, yang merupakan ayah Ahmad Subandi (2) anak yang menderita kelainan usus mengatakan jika selama ini dirinya sudah berupaya keras demi menyembuhkan anak keduanya tersebut. Sagala usaha telah dilakukannya, bahkan sekarang bisa dikatakan dirinya sudah tidak mempunyai biaya lagi untuk melanjutkan operasi anaknya tersebut.
“Demi anak saya rela melakukan apa saja, termasuk operasi yang sudah sembilan kali dilakukan menggunakan biaya sendiri. Sehingga sekarang saya kehabisan biaya dan tidak bisa lagi melakukan jual beli gatah karet, bahkan saya sekarang menjadi seorang petani,” ungkapnya.
Ia mengaku jika selama ini belum ada perhatian dari pemerintah setempat mengenai peyangkit yang di derita anaknya tersebut, sehingga dirinya sangat berharap adanya bantuan dari pemerintah guna membiayai pengobatan untuk kesembuhan anaknya tersebut.
“Jelas saya sangat berharap adanya bantuan dana pendampingan untuk operasi, setidaknya meringankan lah, karena kasihan melihat anak saya kondisinya seperti itu,” pungkasnya.*Agus Kristianto