LUBUKLINGGAU, Beligatupdate.com – Sungguh prihatin apa yang dialami Wahyu Anggara (11) harus kehilangan satu kakinya akibat tumor tulang yang menggerogoti tulang kakinya sebelah kanan selama setahun, Senin (24/07).
Wahyu anggara dibesarkan ditengah keluarga yang sangat sederhana, orangtuanya hanya seorang buruh tani tidaklah mampu membiayai pengobatan kanker yang menggerogoti tulang kakinya sejak dini, akibat keterbatasan biaya, pengobatan Wahyu selama ini hanya bisa berobat seadannya, tanpa pengobatan yang serius. Itupun tidak rutin, akibatnya empat bulan yang lalu kakinya sebelah kanan harus diamputasi.
Kapolres Lubuklinggau AKBP Hajat Mabrur Bujangga dan Ibu Ketua Cabang Bhayangkari Lubuklinggau Ny. Fara Hajat, mengatakan bahwa Wahyu hanya bisa menggeleng dan mengagguk saat ditanya.
“Kasihan Wahyu, keliahatan dia masih shock dan minder,” ujar Fara Hajat.
Dengan kelembuan dan ketulusan hatiĀ Farah Hajat membujuk dan memberikan motivasi, usahanya tidak sia-sia, Wahyu mulai mau bicara walaupun hanya sepatah dua patah kata.
“Dalam rangka HUT Bhayangkara ke- 71, kita bekerjasama dengan kick andy foundation memberikan bantuan kepada 9 penyadang disabilitas, termasuk Wahyu mudah -mudahan apa yang sudah kita lakukan dapat bermenfaat dan dapat meringankan keterbatasan aktifitas mereka. Untuk Wahyu tadi siang sudah kita serahkan kaki palsunya melalui ibu Lurah Kelurahan Linggau Ulu, tidak bisa diserahkan kepada yang bersangkutan karena Wahyu dan keluarga saat ini berada di Tebing Tinggi. Mudah – mudahan dengan adanya perhatian dan kasih sayang dari keluarga dan orang-orang sekitar yang selalu bemberikan semangat dan motivasi, Wahyu bisa bangkit kembali dan bisa meraih cita-cita yang diinginkannya,”paparnya.
Sementara itu, Lurah Lubuklinggau Ulu Sarly menambahkan bahwa setelah musibah menimpa Kakaknya yang meninggal dunia dan kaki Wahyu sebelah kanan yang harus diamputasi membuat kedua orang tuanya shock.
“Untuk menutupi kesedihan, kedua orang tuanya memutuskan pindah ke kampung halamannya di Kecamatan Tebing Tinggi kabupaten Empat Lawang. Mereka tinggal bukan di perkampungan, namun di kebun yang jarak tempuh dari dusun berja-jam,”pungkasnya.(Rls/Ar/Red)